Tes Darah Jenis Baru Diklaim Bisa Deteksi Kanker 

Tes Darah Jenis Baru Diklaim Bisa Deteksi Kanker 

Metroterkini.com - Seorang pasien kanker pankreas stadium dua menjadi bagian dari percobaan metode tes darah baru untuk skrining kanker. 

Dilansir dari National Geographic, Kamis (4/11/2021) ahli onkologi bedah, Phyllis Napoles mengoperasi pasien dengan kanker pankreas yang tidak biasa di Sutter Health di Sacramento, California. Tidak seperti kebanyakan orang, Jim Ford tidak menunjukkan gejala apapun dan baru saja bermain golf seminggu sebelumnya. 

Kanker pankreas jarang ditemukan begitu dini. Begitu seseorang memiliki gejala, kata Napoles, tingkat harapan hidup pasien kanker mencapai tiga persen saja. 

Menurutnya, penyakit ini pun sering kali tidak dapat diobati. Namun ajaibnya, Napoles bisa mengangkat tumor Ford sepenuhnya. Setelah operasi, radiasi, dan kemoterapi selama satu tahun, Ford akhirnya bebas dari kanker. 

Hal tersebut memberikan gambaran adanya potensi metode baru tes darah deteksi kanker di masa depan yang dapat meningkatkan jumlah pasien yang sembuh. 

“Ini adalah sesuatu yang saya tidak pernah pikir akan berkembang dalam karier saya, dan saya juga masih baru dalam karier saya, jadi saya masih berharap,” ungkap Napoles. 

“(Temuan) ini benar-benar akan mengubah semua statistik yang kita miliki tentang kelangsungan hidup dan deteksi kanker pankreas,” lanjutnya. 

Dengan menggunakan kemajuan dalam pengurutan genetik dan kecerdasan buatan, banyak perusahaan yang tengah mengembangkan metode tes darah terbaru ini. 

Tes darah yang dinamakan Galerri ini menggunakan biopsi cair, yang dapat menangkap tanda kanker yang beredar dalam konsentrasi sangat kecil di aliran darah. 

Menurut perkiraan lembaga think tank Information Technology and Innovation Foundation, jenis teknologi pendeteksi kanker ini bernilai lebih dari 6 miliar USD (sekitar Rp 85 triliun) dan diperkirakan nilainya hampir tiga kali lipat pada tahun 2025 mendatang. 

Sementara itu, satu-satunya tes darah untuk skrining kanker yang saat ini tersedia di luar uji coba adalah tes yang mengidentifikasi kanker Ford. 

Galleri menyebut, bahwa temuan tes darah baru mendeteksi 50 jenis kanker dalam sampel darah. Alat ini dibuat oleh perusahaan perawatan kesehatan bernama Grail yang berbasis di California. 

Tes skrining kanker tersebut sudah tersedia dengan resep di Amerika Serikat bagi orang-orang dengan risiko kanker yang tinggi, serta akan tersedia sebagai bagian dari studi di Inggris, yang saat ini sedang berjalan. 

Tujuan dari tes darah baru ini adalah untuk menyelamatkan nyawa dengan mendeteksi kanker lebih awal, terutama yang saat ini tidak memiliki tes skrining yang optimal. 

Menurut penelitian, dari sekitar 600.000 kematian akibat kanker yang terjadi di AS setiap tahun, lebih dari dua pertiganya disebabkan oleh kanker yang tidak memiliki pilihan skrining yang baik. 

Sebab, biasanya kanker tidak ditemukan sampai mereka telah bermetastasis. Para dokter sudah menggunakan tes biopsi cair dalam memindai darah pasien kanker, untuk mendapatkan informasi guna membantu menentukan perawatan yang akan digunakan atau mendeteksi apakah kanker muncul kembali setelah perawatan. 

Selain itu, tes darah ini juga digunakan untuk mencoba mendeteksi kanker pada orang yang belum pernah didiagnosis sebelumnya. 

Di sisi lain, para dokter khawatir akan hasil tes palsu yang mengarah pada penindak lanjutan yang sangat berisiko. Ahli onkologi medis di Universitas Oxford di Inggris, Shivan Sivakumar menegaskan, bahwa mendalami apakah tes darah deteksi kanker tersebut akurat dan bermanfaat sangatlah penting. 

“Anda benar-benar perlu tahu apakah yang kita lakukan benar-benar berhasil atau tidak,” ujarnya. 

Sinyal kanker dalam tes darah Biopsi cair awalnya dikembangkan untuk menguji darah orang yang sudah terkena kanker, untuk memahami biologi penyakit mereka. 

Saat kanker tumbuh di dalam tubuh, beberapa sel kanker mati dan melepaskan DNA, dan biopsi cair menggunakan berbagai strategi untuk mendeteksi DNA tumor yang bersirkulasi ini. 

Geoff Oxnard, ahli onkologi toraks dan kepala pengembangan klinis di Foundation Medicine menjelaskan, biopsi cair jenis ini juga dapat digunakan untuk melihat apakah kanker memiliki mutasi spesifik yang dapat ditargetkan oleh obat-obatan tertentu. 

Setelah perawatan, biopsi cair dapat membantu melacak mutasi spesifik di dalam tumor untuk memahami bagaimana kanker merespons pengobatan itu. Biopsi cair juga dapat mendeteksi resistensi, memandu terapi selanjutnya, dan mengungkapkan kapan pasien kambuh. 

Tes darah yang mencari mutasi kanker tertentu telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), dan tersedia secara komersial di AS selama sekitar lima tahun. 

Pada tahun 2020, FDA menyetujui dua tes biopsi cair yang merupakan yang pertama untuk menyaring beberapa mutasi sekaligus, termasuk yang dikembangkan oleh perusahaan Oxnard. 

Sementara itu, tes Foundation Medicine telah disetujui sebagai diagnostik pendamping untuk terapi untuk mengobati kanker paru-paru, payudara, ovarium, serta prostat.

Oxnard berkata, dibandingkan dengan biopsi tradisional, yang mengekstrak jaringan untuk dianalisis, tes ini kurang invasif, dan seringkali memberikan hasil lebih cepat. 

Perkembangan teknologi yang dapat menemukan sinyal kanker dalam darah orang yang didiagnosis kanker membuka potensi kemungkinan menemukan tanda pertama kanker stadium awal pada orang tanpa diagnosis. 

Para peneliti memaparkan, bahwa menerapkan teknologi yang dikembangkan untuk biopsi cair ke skrining kanker berbasis darah dapat mengatasi masalah dalam mendiagnosis kanker seperti lamanya waktu diagnosis. 

Tes darah deteksi kanker ini dinilai bisa memberikan harapan hidup antara tiga hingga 12 bulan pada kanker pankreas yang telah menyebar, atau bermetastasis ke organ lain. 

Lebih lanjut, Sivakumar menjelaskan, jika kanker dapat ditemukan lebih awal, maka harapan hidup pasien dapat diperpanjang hingga tiga atau empat tahun. “Saya pikir itu akan sangat transformatif,” pungkasnya. [**]

Berita Lainnya

Index